JAKARTA. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam termasuk salah satu daerah di
Indonesia yang kaya akan ragam olahan kuliner. Dari sekian banyak
makanan khas Kota Serambi Mekkah, mi aceh termasuk yang paling populer
di Indonesia.
Terbukti, gerai- gerai mi aceh kini semakin
banyak. Salah satunya Mi Aceh Seulawah di Benhil, Jakarta Pusat. Selain
mi aceh, restoran ini menyediakan aneka makanan khas Aceh lainnya,
seperti roti cane, martabak aceh, nasi briyani, kari ayam, kari kambing,
gulai, dan sambal ganja.
Sementara minuman khasnya ada kopi
aceh. Harga minuman dan makanan di tempat ini dibanderol mulai Rp 4.000 -
Rp 60.000 per porsi.
Usaha restoran ini dirintis oleh pasangan
Heru Setyanto dan Ratna Dwikora sejak 17 tahun silam. Seluruh menu
disini diracik oleh Fatimah, ibu dari Ratna Dwikora yang merupakan asli
warga Aceh.
Heru mengklaim, Mi Aceh Seulawah menjadi tempat
makan favorit warga Jakarta, terutama warga asli Aceh. Kendati sudah
belasan tahun berdiri, Heru baru menawarkan waralaba bulan Mei kemarin.
Walaupun
baru menawarkan kemitraan, Mi Aceh Seulawah sudah mendapat satu mitra.
Selain itu, ada juga dua calon mitra yang sekarang sedang dalam proses
negosiasi.
Tiga paket investasi
Dalam
kerjasama waralaba ini, Mi Aceh Seulawah menawarkan tiga paket
investasi. Yakni paket kafe yang dihargai Rp 300 juta, paket resto Rp
500 juta, dan rumah Aceh Rp 1,2 miliar.
Namun, ketiga paket investasi itu belum termasuk franchise fee sebesar Rp 50 juta - Rp 100 juta yang dibayrkan di awal kerjasama.
Setiap
paket berbeda di luas ruangan dan kapasitas pengunjung. Untuk paket
kafe, luas ruangannya minimal 60 meter persegi. Luas ruangan ini mampu
menampung 50 pengunjung.
Sedangkan paket resto butuh ruangan
120 meter persegi yang mampu menampung 80 orang. Adapun ruangan untuk
paket rumah Aceh 160 meter persegi dengan kapasitas 100 orang.
Setiap paket mendapat perlengkapan masak, bahan baku, sistem manajemen, interior, dan pelatihan.
Heru
menargetkan, omzet mitra berkisar Rp 75 juta - Rp 300 juta per bulan.
Ia menjanjikan, mitra bisa mendapat laba bersih 20% dari omzet. Dengan
royalty fee 6% dari omzet, mitra bisa balik modal dalam waktu 20 bulan.
Evi
Diah Puspitawati, Pengamat Waralaba dari International Franchise
Business Management bilang, banyak makanan daerah yang berhasil
diwaralabakan. "Tetapi memang butuh penetrasi pasar yang memakan waktu
lama," ujar Evi.
Akan tetapi ada pula sejumlah poin penting yang
perlu diperhatikan. Di antaranya harus tahu betul target pasar yang
dituju. Dengan begitu, lokasi, pelayanan, desain tempat sampai cara
pemasaran akan mengarah ke target pasar.
Jika melihat harga mi
yang dipasarkan hingga Rp 60.000 per porsi, tentu konsumen yang dibidik
adalah kalangan menengah atas. Dengan begitu, calon pewaralaba harus
tahu betul konsep untuk kalangan tersebut.
Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah masalah rasa. "Rasa mi Aceh yang sebenarnya belum
tentu cocok di semua lidah daerah lain, karena itu harus hati-hati juga
dalam komposisi rasa," terang Evi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar